Situs sejarah makam-makam di bukit sumbergondo,akrab disebut Bujuk karena mengacu pada makam-makam yang terdapat didalamnya,identik dengan astah atau pasarean orang-orang keramat.
Terdapat dua belas makam kuno di perbukitan ini,
Dan yang paling sering diziarahi adalah satu makam yang berada di ketinggian puncak bukit,dan dua makam disebelah timur kaki bukit.
Makam di puncak bukit adalah fokus tulisan kali ini,selain kontroversi cerita yang beredar tentang makam siapa dan apakah benar-benar makam yang empunya atau petilasan,jejak sejarah pertapaan orang dulu?sejarah seolah terputus belum ditemukan fakta tertulis ,hanya keterangan lisan yang butuh telaah khusus dan mendalam.
Penulis hanya menyajikan beberapa versi cerita yang sempat penulis dengar dari beberapa orang,baik warga asli Sumbergondo,dan warga diluar Sumbergondo.
Ada yang menyebut Sayyid Abdul Karim,ada juga yang menyebut Habib mohammad Karim,dan sebagian besar warga di lereng perbukitan cukup menyebut Mbah Karim,tidak perlu diperdebatkan karena semuanya tidak cukup memiliki bukti otentik,multi- persepsi ini setidaknya bertemu di akhir nama beliau,Mbah Karim.
Konon menurut penuturan orang sepuh,beliau adalah kerabat dan masuk lingkaran keluarga Datuk Ibrahim Banyuwangi,seperti yang penulis dengar dan selalu diceritakan berulang-ulah oleh mbah buyut penulis sendiri,Samsiye,kelahiran kurang lebih tahun 1900 an.
Datuk ibrahim Bauzir,atau datuk Malik ibrahim Banyuwangi lahir di Yaman pada tahun 1790,dari kalangan bangsawan keturunan Bani Hasyim.
Masuk ke Nusantara dan menyebarkan Islam ke tanah loloan Bali,menikah dan memiliki dua orang putra,selang beberapa waktu istri beliau yang bernama Zaenab dan anak sulung beliau sayyid Bakar Bauzir wafat hingga kemudian beliau pindah ke tanah blambangan atau Banyuwangi pada tahun 1840 bersama anak kedua beliau,Datuk Ahmad dan sahabat beliau Sayyid Hasan,ketika Blambangan saat itu dipimpin oleh Bupati Pringgokusumo.
Datuk ibrahim wafat di Banyuwangi pada tahun 1876 diusia 86 tahun (baca;biografi Datuk Ibrahim Bauzir Banyuwangi)
Menarik dan penulis sedikit menemukan benang merah,garis demagrasi disini,bahwa memang besar kemungkinan makam di atas bukit sumbergondo tersebut adalah makam salah satu kerabat dalam lingkar keluarga datuk ibrahim Banyuwangi,mengingat tradisi lisan yang penulis peroleh dari mbah buyut penulis tahun wafanya Datuk ibrahim Banyuwangi dengan tahun kelahiran Mbah buyut penulis hanya berselisih kurang lebih 24 tahun dan ini menandakan mbah Buyut penulis mengetahui cerita ini secara langsung dari generasi yang sezaman dengan dengan Datuk Ibrahim.
bagaimana hingga beliau Mbah Karim dimakamkan di sini,di bukit dg ketinggian -+500 mdpl,menjadi pertanyaan sejarah yang tak bisa dijawab,hanya anggapan-anggapan yang beredar dan cerita yang dibumbui mistik yang akan kita dengar.
Mbah buyut ketika penulis kecil sering menceritakan bahwa beliau dimakamkan oleh santri-santrinya dibawa dengan melayang di udara atau terbang,dan itulah satu-satunya versi yang penulis dengar.
Bagi penulis sendiri ini bukan sesuatu yang mustahil karena karomah para wali jauh dari jangkauan akal rasional,sebagaimana karomah Datuk Ibrahim Banyuwangi sendiri yang dalam tradisi lisan diceritakan beliau kerap melaksanakan sholat Dhuha dengan mengambang di atas permukaan air laut.
Kemudian,Persoalan makam di atas bukit sumbergondo ini hanya merupakan jejak perjalanan atau petilasan tempat Mbah Karim bertapa,pendapat ini tidak begitu terdengar santer,
Entahlah,apa,dan siapa beliau dan bagaimana bisa ada di Sumbergondo
Sepertinya,bagi penulis adalah keajaiban,terlepas dari semua kontroversi tapi makam itu ada,secara infrastruktur siapa yang membangun dan tahun ke berapa secara pasti warga tersepuh-pun ditempat itu tidak ada yang tau.
Hanya dalam pengamatan penulis jika riwayat makam dinisbatkan kepada Zaman Datuk ibrahim Banyuwangi,maka dapat disimpulkan antara 1850-1900an makam ini dibangun...
Wallahu a’lam bisshowab.....
No comments:
Post a Comment